sumber :Jakarta (Voa-Islam) –
Saat ini,
bisnis media dunia dikuasai oleh 4 perusahaan besar, yakni Walt Disney,
News Corp (milik Rupert Murdoch) Times Warner Corp dan Viacom. Ini tidak
baik bagi perkembangan dunia jurnalistik. Tujuan awal jurnalisme untuk
kemaslahatan umat, pelan tapi pasti, berbelok arah mengejar keuntungan,
menyebarkan beberapa paham, propaganda model, mediatisasi dan lain
sebagainya," terang Dr. Zafarul Islam Khan, Ahli Media asal India.
Khan
menambahkan, kejayaan jurnalisme Barat terjadi, sejak Soviet runtuh.
"Yang menyakitkan, Jurnalis Barat menyebarkan pandangan bahwa, setiap
muslim adalah teroris dan Islam mengajarkan terorisme. Kejadian di
Vietnam, Iraq, Pakistan dan kini Iran, adalah contoh riil korban
penyesatan jurnalisme barat. Dan, jika ini dibiarkan, maka, Islam, mau
melakukan apa saja, tetap salah di pandangan dunia, jika media-media
barat masih melakukan subyektivitas di atas obyektivitas seperti yang
sekarang mereka lakukan.
Muhammad Ali
Harrath, pimpinan eksekutif Islam Channel, London mengemukakan media
sangat kuat untuk mengontrol kita. Untuk itu kita harus memainkan peran
dan menanggapi tantangan yang ada di hadapan kita. "Media yang ada
sekarang mendeskriditkan muslim. Kita harus memiliki media yang bisa
mengimbanginya," tandasnya.
Saat
adanya konflik antara dunia Islam dan non Islam akibat penebitan kartun
di Denmark, maka diperlukan dialog untuk mencoba menjembatani
kesalahpahaman dan salah persepsi Barat dengan dunia Islam.
"TV yang saya
kelola berhasil memproduksi acara yang mendapatkan profit cukup lumayan.
Media TV ini berkontenkan acara Islami. Sekarang kita harus percaya
bisa melakukan sesuatu yang besar. Kita ini adalah umat terbaik yang
disebutkan di dalam Alquran," kata Ali Harrath seraya mengusulkan agar
forum ini membentuk sekolah media muslim dan pusat latihan untuk
jurnalis muslim.
Hal senada juga
diungkapkan Dr.Abdurrahman al-Shobaily, mantan anggota Ashura Council
Saudi Arabia, masyarakat kita masih hidup di bawah bayangan produksi
media asing. Selama ini umat Islam hanya sebagai penikmat, namun tidak
sebagai orang yang memproduksi," ungkapnya. Memang sudah saatnya, media
Islam menjadi pemain dan penentu kebijakan dan issu dunia. Dunia sudah
resah dan bosan dengan propaganda barat yang bermuka dua dan subyektif.
Peran Media Baru
Ada
yang menarik dari pernyataan Dr. Saud Kateb dari Media King Abdul Aziz
Univeristy dalam Konferensi Internasional Media Isla ke-2 di Hotel
Sultan, Jakarta. Kateb mengatakan media baru bisa jadi seperti "setan"
dan bisa juga seperti "malaikat".
Prof Dr
Azmuddin Ibrahim, Guru Besar Fakultas Komunikasi Universitas Selangor
Malaysia mengungkapkan, media baru adalah perubahan dari analog kepada
teknologi. Namun media baru memberi pengaruh yang luar biasa bagi
masyarakat khususnya generasi muda. "Jutaan anak-anak menjadi pengemar
setia televisi, video games dan internet. Masalahnya pada media ini juga
menayangkan adegan porno dan kekerasan," ucapnya prihatin.
Menurut
Ibrahim, adegan kekerasan telah menjadi konsumsi sehari-hari anak-anak
saat ini. "Di Amerika anak-anak sampai usia 18 tahun rata-rata melihat
tayangan kekerasan sebanyak 200 ribu adegan dan 16 ribu adegan
pembunuhan," ungkap Ibrahim.
Dr. Sayed Arabi
Idid dari Former Rector of Islamic University in Malaysia menjelaskan,
peran media begitu luar biasa. Bahkan, satu SMS saja, bisa berefek
dahsyat, seperti jatuhnya pemerintahan Tunisia, yang karena didukung
media, mampu berefek pada lengsernya Mubarak, Gaddafy dan lain
sebagainya. New Media, kini berkenaan dengan audience yang sebenarnya.
Nah, di sinilah, perlunya dunia Islam untuk menginvensi new media-sarana
baru, sehingga ke depan, kita bisa mengkontrol kontent dari media yang
ada.
Idid menambahi model new media yang kini menjamur sepertifacebook, twitter dan
lain sebagainya, bisa dimanfaatkan oleh umat islam untuk bergerak lebih
maju dan bahkan lebih bisa memahamkan dunia tentang agama islam dan
berbagai hal yang menyangkutnya seperti al-Qur`an, hadits, sejarah
peradaban Islam dan lain sebagainya. Selain juga, negara-negara muslim
harus segera berbenah untuk lebih memahami dan mampu hidup dengan
teknologi, informasi dan komunikasi.
Hal senada
dikemukakan pakar media Prof Dr Alwi Dahlan, media memberi dampak yang
luar biasa bagi perubahan sosial dan politik. Kasus di Philipina pada
tahun 2001 yang dikenal dengan sebutan "Revolusi SMS", membuat 700 ribu
demonstran turun ke jalan memenuhi kota Manila, dan berakhir sukses
sehingga Presiden Joseph Estrada mengundurkan diri.
Saatnya Media Islam Bersatu
Selesai
sudah Konferensi Internasional Media Islam II di Hotel Sultan Jakarta,
kemarin (Kamis, 15-/2011), setelah Menko Kesra Agung Laksono menutup
konferensi yang dihadiri 400 peserta dari 28 negara tersebut.
Dalam
sambutannya, Menko Kesra berharap, sudah saatnya umat Islam bersatu dan
berbagi pendapat untuk meyakinkan dunia yang masih berpandangan negatif
terhadap Islam."Kampanye-kampanye tidak adil terhadap Islam, harus
segera kita luruskan. Kita harus bersatu dalam `tali` Allah, untuk
menunjukkan Islam yang sesungguhnya," terang Menko Kesra.
Menteri Agama
RI Suryadarma Ali dalam sambutannya mengatakan, "Konferensi ini, telah
menghasilkan Piagam Jakarta. Semoga piagam tersebut mampu menjadi
jembatan emas bagi kita umat Islam untuk segera melakukan kerja sama dan
mampu menjadi momentum kebangkitan dan penguatan media Islam. Kita juga
akan tunjukkan pada dunia, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil`alamiin," lanjut Menag.
Sementara itu,
Sekjend Rabithah Alam Islami Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki
berjanji, hasil kesepakatan dari konferensi, akan segera di-follow
up-pi. "Riset, ide, atau apapun hal yang telah didiskusikan, akan kami
terjemahkan ke berbagai bahasa dunia, agar dapat diterima media-media
Islam di dunia dan dapat digunakan sebagai dasar dari perjuangan kita
bersama.”Desastian
0 comments:
Posting Komentar