Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Belajar Dari Snack Keju

Selasa, 08 Mei 2012


Disebuah bandara penerbangan domestik, seorang gadis berjilbab rapih duduk sambil menyiapkan tiket setelah check ini di boarding pass. ia duduk membaca buku dan makan snack rasa keju kesukaannya sambil menunggu pesawat yang delay 30 menit. Buku ia pegang dengan tangan kiri memainkan jarinya untuk menggeser halaman dan ia mengambil snack keju dengan tangan kanannya. 

nyam-nyam!!! Dudududu....karena asiknya tanpa ia sadari ada seorang lelaki muda dengan senyum penuh karisma turut mengambil snack yg sedang ia makan. Sontak! Dengan wajah sedikit bingung ia mulai cemberut, karena lelaki ini tanpa rasa berdosa terus melahap dengan asik snack miliknya. Ia coba dia dan berlagak tak tahu, tetapi semakin si gadis cuek lelaki itu terus menguyah dengan santai snack kejunya  hingga sampai akhirnya tersisa satu snack lagi. 

Apa yang dilakukan lelaki muda itu?  Ia ambil snack yang tersisa, ia dibagi menjadi 2 bagian, sebagian masuk kedalam mulut si laki2 muda itu dengan cepat dan potongan yang lain ia serahkan dengan ringannya kepada si gadis berjilbab .

Dengan wajah marah memerah dan kesal si gadis menghentakan kakinya hingga jilbab panjangnya terkiba. Ia menarik dan menggendong tas ranselnya menuju ke pintu pemberangkatan penumpang. Masih dengan hati kesal ia masuk ke dalam pesawat mencari nomor kursi dan meletakan tas ke dalam kabin. Tak disangka, ternyata lelaki tadi juga berada dipesawat yang sama dengan parahnya ia juga duduk di tepat disebelahnya.
Dengan wajah kesal ia tutup matanya sambil berpura-pura tidur. Hingga pesawat lepas landas dan sampai ke tujuan, si gadis berjilbab ini terus memejamkan mata menahan hati karena kesal. Hingga pesawat landing ia cepat berdiri mengambil tas dalam kabin, berlari menuju bandara dan menyetop sebuah taksi. 

Haaaaahhhh...! Ia duduk tenang di dalam taksi, setidaknya untuk mengikhlaskan perbuatan aneh lelaki tadi. Sampai ditempat tujuan, ia membuka tas dan mengeluarkan dompet untuk membayar ongkos taksi, dan apa yang terjadi saudara-saudara?.  Ternyata snack keju yang ia makan bukan kepunyaannya, karena snack keju miliknya dengan merek dan ukuran yang sama masih utuh tersimpan di dalam tas ranselnya...

Jadiiiii......????!!!!!

Ini adalah penggalan artikel yang saya baca dalam sebuah majalah islam yang produktif. Dulu pernah berhayal bagaimana ya caranya agar bisa mengkonsumsi media dengan imbang dengan gratis. Tidak melulu diterpa isi berita mainstream karena bekerja di media mainstram dan dijejali fakta yang dipelintir di depan mata dan sekaligus pelaku. Keluar dari perspektif yang  menyudutkan islam tetapi menikmati kalimat-kalimat indah penuh cinta tentang dunia dari pandangan Islam yang kaffah.

Sore jika ada kesempatan untuk membaca majalah Ummi yang sudah lama dan sebagian halamannya masih perawan saya coba baca pelan dan penuh syahdu (assiiikkk, dangdut banget) pelan dan coba diresapi, sampai akhirnya menemukan halaman berisi artikel di atas.
Artikel yang simpel dan mengena, setidaknya untuk saya pribadi yang fakir dan masih haus pengalaman dan belajar. Pesan moralnya simpel. Si penulis bilang yang intinya jika saya tidak salah intepretasi adalah, terkadang kita cepat tanggap atas kesalahan orang lain dan kita menisbikan dengan cerdas segala kesalahan yang kita buat. Kita terlanjur cepat marah atas kesalahan orang dan kita dengan cekatan melupakan kesalahan kita.

Jika melirik pada satu teori pragmatis, Teori Kebenaran Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

 Tetapi Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi.

 Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) . Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985:238-239).

Tetapi dalam pandagan yang saya fahami sebagai seorang muslim yang fakir, kebenaran adalah sesuatu yang kita yakini dengan hati dan baik menurut tuntunan AL-Quran dan As-Sunnah. Dalam interaksi dengan sesama manusia kita dituntut untuk memiliki pemakluman dan toleransi yang besar atas kesalahan orang lain dalam tataran yang tidak prinsip. Rasa memiliki dan mencintai mereka menjauhkan dari rasa menghakimi dan fitnah membuat kita mudah menerima kebenaran.

Diakhir teringat atas nasihat alm. KH Rahmat Abdullah, semoga beliau mendapatkan tempat yang layak disisi Allah SWT. Beliau mengatakan. Jadilah muslim yang mengingat empat hal dalam berinteraksi dengan orang lain. Setidaknya lagi, bagi saya ini adalah iilmu komunikasi yang cerdas dan mencerdaskan untuk bisa melanggengkan hubungan yang baik dengan banyak orang dengan banyak karakter.  “Ingatlah kesalahan kita. Lupakan Kesalahan orang lain. Ingatlah kebaikan orang lain. Lupakan kebaikan kita”. (al-fakir *rachma)
Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.