Disebuah
bandara penerbangan domestik, seorang gadis berjilbab rapih duduk sambil
menyiapkan tiket setelah check ini di
boarding pass. ia duduk membaca buku dan makan snack rasa keju kesukaannya
sambil menunggu pesawat yang delay 30
menit. Buku ia pegang dengan tangan kiri memainkan jarinya untuk menggeser
halaman dan ia mengambil snack keju dengan tangan kanannya.
nyam-nyam!!!
Dudududu....karena asiknya tanpa ia sadari ada seorang lelaki muda dengan
senyum penuh karisma turut mengambil snack yg sedang ia makan. Sontak! Dengan
wajah sedikit bingung ia mulai cemberut, karena lelaki ini tanpa rasa berdosa
terus melahap dengan asik snack miliknya. Ia coba dia dan berlagak tak tahu,
tetapi semakin si gadis cuek lelaki itu terus menguyah dengan santai snack
kejunya hingga sampai akhirnya tersisa
satu snack lagi.
Apa yang
dilakukan lelaki muda itu? Ia ambil
snack yang tersisa, ia dibagi menjadi 2 bagian, sebagian masuk kedalam mulut si
laki2 muda itu dengan cepat dan potongan yang lain ia serahkan dengan ringannya
kepada si gadis berjilbab .
Dengan wajah
marah memerah dan kesal si gadis menghentakan kakinya hingga jilbab panjangnya
terkiba. Ia menarik dan menggendong tas ranselnya menuju ke pintu pemberangkatan
penumpang. Masih dengan hati kesal ia masuk ke dalam pesawat mencari nomor
kursi dan meletakan tas ke dalam kabin. Tak disangka, ternyata lelaki tadi juga
berada dipesawat yang sama dengan parahnya ia juga duduk di tepat disebelahnya.
Dengan wajah
kesal ia tutup matanya sambil berpura-pura tidur. Hingga pesawat lepas landas
dan sampai ke tujuan, si gadis berjilbab ini terus memejamkan mata menahan hati
karena kesal. Hingga pesawat landing
ia cepat berdiri mengambil tas dalam kabin, berlari menuju bandara dan menyetop
sebuah taksi.
Haaaaahhhh...!
Ia duduk tenang di dalam taksi, setidaknya untuk mengikhlaskan perbuatan aneh
lelaki tadi. Sampai ditempat tujuan, ia membuka tas dan mengeluarkan dompet
untuk membayar ongkos taksi, dan apa yang terjadi saudara-saudara?. Ternyata snack keju yang ia makan bukan
kepunyaannya, karena snack keju miliknya dengan merek dan ukuran yang sama masih
utuh tersimpan di dalam tas ranselnya...
Jadiiiii......????!!!!!
Ini adalah
penggalan artikel yang saya baca dalam sebuah majalah islam yang produktif. Dulu
pernah berhayal bagaimana ya caranya agar bisa mengkonsumsi media dengan imbang
dengan gratis. Tidak melulu diterpa isi berita mainstream karena bekerja di
media mainstram dan dijejali fakta yang dipelintir di depan mata dan sekaligus
pelaku. Keluar dari perspektif yang menyudutkan islam tetapi menikmati
kalimat-kalimat indah penuh cinta tentang dunia dari pandangan Islam yang kaffah.
Sore jika
ada kesempatan untuk membaca majalah Ummi yang sudah lama dan sebagian
halamannya masih perawan saya coba baca pelan dan penuh syahdu (assiiikkk,
dangdut banget) pelan dan coba diresapi, sampai akhirnya menemukan halaman
berisi artikel di atas.
Artikel yang
simpel dan mengena, setidaknya untuk saya pribadi yang fakir dan masih haus
pengalaman dan belajar. Pesan moralnya simpel. Si penulis bilang yang intinya
jika saya tidak salah intepretasi adalah, terkadang kita cepat tanggap atas
kesalahan orang lain dan kita menisbikan dengan cerdas segala kesalahan yang
kita buat. Kita terlanjur cepat marah atas kesalahan orang dan kita dengan
cekatan melupakan kesalahan kita.
Jika melirik
pada satu teori pragmatis, Teori Kebenaran Manusia selalu berusaha menemukan
kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain
dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau
empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan
prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku
di alam itu dapat dimengerti.
Tetapi Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran
itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley
menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos
sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi.
Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk
ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran
yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan
dari keburukan (ketidakbenaran) . Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi
pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan
tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara
(tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985:238-239).
Tetapi dalam
pandagan yang saya fahami sebagai seorang muslim yang fakir, kebenaran adalah
sesuatu yang kita yakini dengan hati dan baik menurut tuntunan AL-Quran dan
As-Sunnah. Dalam interaksi dengan sesama manusia kita dituntut untuk memiliki
pemakluman dan toleransi yang besar atas kesalahan orang lain dalam tataran
yang tidak prinsip. Rasa memiliki dan mencintai mereka menjauhkan dari rasa
menghakimi dan fitnah membuat kita mudah menerima kebenaran.
Diakhir teringat
atas nasihat alm. KH Rahmat Abdullah, semoga beliau mendapatkan tempat yang
layak disisi Allah SWT. Beliau mengatakan. Jadilah muslim yang mengingat empat
hal dalam berinteraksi dengan orang lain. Setidaknya lagi, bagi saya ini adalah
iilmu komunikasi yang cerdas dan mencerdaskan untuk bisa melanggengkan hubungan
yang baik dengan banyak orang dengan banyak karakter. “Ingatlah kesalahan kita. Lupakan Kesalahan
orang lain. Ingatlah kebaikan orang lain. Lupakan kebaikan kita”. (al-fakir
*rachma)
0 comments:
Posting Komentar