Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Pentingnya Keteladanan Dalam Dakwah

Selasa, 13 Maret 2012

Oleh Pramana Asmadiredja


Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak mengingat Allah". (QS Al Ahzab: 21)

Rasulullah SAW adalah tauladan kita. Beliau memang pantas menjadi panutan kita. Dalam masalah apa saja, baik ibadah, akhlak, dakwah, jihad maupun masalah dunia. Jika kita mengamati kehidupan beliau yang agung, akan nampak jelas nilai-nilai qudwah (keteladanan). Seluruh sisi dalam hidup beliau dapat dijadikan contoh.

Namun tidak semua manusia mau berqudwah kepada beliau. Pada ayat di atas Allah menyebut tiga karakteristik pengikut Rasulullah saw yang setia. Setiap da'i yang ingin berqudwah kepada beliau mesti memiliki keinginan yang kuat untuk mengharap rahmat Allah dan hari akhir serta mengisi hari-hari dakwahnya dengan banyak dzikrullah.

Seorang da'i sejati akan mencoba merefleksikan segala tindakan Rasulullah SAW pada dirinya. Ia akan menjadi qudwah bagi obyek dakwahnya. Ketika ia mengatakan “kerjakan” kepada obyek dakwahnya (orang yang diseruhnya), dirinyalah yang pertama kali mengerjakannya. Demikian pula terhadap apa-apa yang ia larang, terlebih dahulu akan ia jauhi.

Bagi sang obyek dakwah, kesesuaian antara perkataan dan perbuatan akan menambah keyakinannya terhadap apa yang disampaikan. Sang obyek dakwah akan memahami bahwa materi dakwah yang diterimanya bukanlah khayalan belaka tetapi manhaj yang aplikatif. Lagipula ajaran Islam akan mudah difahami jika telah dikerjakan.

Andai para da'i tidak memperhatikan masalah qudwah di dalam berda'wah, efek negatif yang ditimbulkan sangat berbahaya baik bagi sang da'i, obyek dakwah maupun dakwah itu sendiri. Bagaimana nasib dakwah jika sang da'i melanggar ucapannya sendiri? Apa jadinya jika seorang da'i malas melakukan salat berjamaah di masjid, jarang berinfak atau tidak menjaga pandangan mata?

Akankah muncul qudwah hasanah (contoh yang baik) di hadapan obyek dakwah jika seorang yang mengaku da'i dengan mudahnya berganti profesi? Hari ini berceramah lalu esoknya menjadi pelawak. Lusa menjadi artis dan esoknya lagi menjadi bintang film lalu berceramah lagi. Begitu terus menerus tanpa merasa bersalah.

Di sinilah letak urgensi qudwah dalam dakwah. Qudwah adalah sarana yang paling ampuh dalam menyampaikan dakwah. ia memiliki pengaruh yang paling besar dan paling efektif untuk membawa manusia ke jalan kebaikan. Bahkan ia melebihi sarana lain seperti ucapan. Sebuah ungkapan menyatakan, perbuatan satu orang di hadapan sepuluh orang jauh lebih berpengaruh daripada perkataan sepuluh orang di hadapan satu orang.

Dengan menyadari urgensinya, wajarlah jika ada sebuah prinsip al qudwah qablah ad dakwah. Keteladananlah yang harus ditunjukkan sebelum terjun berdakwah secara penuh. Prinsip inilah yang mesti ditanam pertama kali oleh setiap da'i agar dakwahnya mencapai kesuksesan. Wallahua'lam



Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.