“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”. (QS At Tahrim: 8)
Manusia diciptakan Allah untuk semata-mata mengabdi kepadaNya, menurut aturan yang telah ditentukan. Tetapi berbeda dengan malaikat yang senantiasa tunduk patuh tanpa menyeleweng, pengabdian manusia tak luput dari tempelan dosa-dosa. Ada dua sebab mengapa manusia berbuat dosa.
Pertama, kelemahan manusia sendiri, naik jasmani, rohani, perhitungan dan sebagainya. Kelemahan-kelemahan inilah yang sering melalaikan manusia dari tugas pengabdian yang harus dijalaninya. Karena itu sebagai orang beriman kita harus sadar akan kondisi ini dengan senantiasa mengintropeksi diri terhadap kemungkinan adanya kesalahan dalam mencari ridho Allah dalam kehidupan ini.
Kedua, karena adanya penyalahgunaan potensi keimanan yang memang ditanamkan Allah SWT pada manusia untuk kelangsungan hidupnya. Yaitu kecintaan pada kesenangan-kesenangan hidup jangka pendek seperti dijelaskan Allah SWT dalam QS Ali Imron ayat 14: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa-apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang ditumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.”
Karena potensi manusia bisa berbuat dosa (maksiat), maka kita harus memahami bentuk-bentuk dari maksiat tersebut. Pada hakekatnya dosa atau maksiat adalah semua bentuk dan jenis pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah. Ada maksiat besar dan ada maksiat kecil. Maksiat yang terbesar adalah syirik. Syirik ini merupakan dosa yang tidak bisa diampuni Allah SWT dan menggugurkan segala amal dan perbuatan.
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antar dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (QS An Nisa: 31)
Masih termasuk dosa besar tapi diampuni Allah adalah durhaka pada orang tua, lari dari perjuangan, berzina, mencuri, dan hal-hal sejenisnya. Adapun maksiat kecil bila dilakukan terus-menerus maka akan menutup hati.
Dosa kecil bisa menjadi dosa besar bila dianggap remeh, dilakukan secara terang-terangan, dilakukan oleh orang yang berpengaruh (diteladani). Betapapun manusia tidak dapat melepaskan diri dari percikan-percikan dosa, namun pintu taubat masih terbuka lebar. Keterkungkungan dalam dosa tidak perlu membuat kita pesimis dari ampunan Allah. Manusia melakukan maksiat adalah wajar, tapi bila tidak mau bertaubat, itulah yang tidak wajar.
Dosa seberat apa pun dapat diperbaiki dengan taubat. “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS Az Zumar: 53)
Rasulullah SAW juga mengajak umatnya untuk bertaubat dalam sabdanya, “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya. Maka sesungguhnya aku bertaubat sehari 100 kali”. (HR Muslim)
Taubat yang sebenar-benarnya disebut taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya), yaitu :
1. Melepaskan diri dari maksiat (dosa) tersebut selamanya
2. Menyesali perbuatan itu
3. Bertekad untuk meninggalkan perbuatan itu dan tidak mengulanginya lagi
Sedangkan maksiat yang berhubungan dengan manusia berarti juga harus :
1. Sedapat mungkin meminta maaf pada yang bersangkutan
2. Mendoakan agar orang yang bersangkutan diampuni Allah
Taubatan nasuha membuat kita jauh dari segala dosa yang dilakukan tanpa ada keraguan, semata ikhlas karena Allah. Jadi ada motivasi yang benar dan kuat, dengan demikian Insya Allah kita sukses di dunia dan akherat karena termasuk orang-orang yang bertakwa. Sebelum terlambat, marilah kita bertaubat sekarang juga, karena kematian datangnya seringkali tanpa permisi dan tanpa diduga-duga. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang bertakwa. Amin.
MUTIARA DI BALIK TAUBAT
Ketika Rasulullah SAW sedang berdialog dengan para sahabat, tiba-tiba datang seorang perempuan muda seraya berkata, ”Ya Rasulullah, sesungguhnya saya sedang mengandung janin akibat berzina. Karena itu, rajamlah saya”. Karena Nabi tidak menjawab, maka wanita tadi mengulanginya sampai 3 kali. Akhirnya beliau menjawab dengan lembut setelah itu.
”Pulanglah engkau wahai wanita muda, semoga rahmat Allah selalu bersamamu”. Maka kembalilah wanita muda itu ke kampungnya. Sesungguhnya Rasulullah sadar benar, bahwa hukuman bagi pezina adalah dirajam. Akan tetapi beliau menyuruh wanita itu pulang. Karena di rahimnya ada janin yang tidak berdosa. Kalau wanita itu dirajam sekarang, pasti janinnya juga ikut mati. Suatu masa setelah berbulan-bulan, ternyata wanita itu kembali lagi kepada Rasulullah saw. Dia berkata, ”Ya Rasulullah, sekarang saya sudah melahirkan, maka rajamlah saya.”
Lagi-lagi Rasulullah menyuruh wanita itu pulang. Ia menyuruh supaya anaknya disusui dan dipelihara secara cukup selama 2 tahun. Setelah waktu itu, wanita ini kembali datang lagi pada Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, anak saya sudah lepas dari susuan, maka rajamlah saya”.
Maka Rasulullah SAW menyuruh para sahabat mempersiapkan lubang untuk rajam. Wanita itu akhirnya dikubur setengah badan dan setiap orang yang lewat melemparinya dengan batu. Seorang sahabat dengan kemarahan luar biasa mencaci maki wanita itu sambil melempari batu. Melihat hal itu serta merta Rasulullah SAW menegurnya dan berkata, ”Ketahuilah sahabatku, sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni wanita itu dan menyediakan surga baginya.” Mendengar penjelasan Rasulullah SAW, maka sadarlah kaum mukminin bahwa Allah SWT menerima taubat wanita itu dan melimpahinya dengan karunia yang besar.
Demikianlah, meskipun sadar bahwa pengakuan zinanya itu menyeret dirinya pada hukuman yang besar dan berat, namun wanita itu menghadapinya dengan ikhlas dan tabah. Ia paham dan tahu, penderitaannya di dunia akan membebaskannya dari adzab Allah di akherat. Ia bertekad untuk taubatan nasuha.
BULETIN YASMIN
Buletin Yasmin merupakan salah satu media penghubung antar muslimah yang ada di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Selain itu, juga sebagai sarana untuk menjalin ukhuwah dan sebagai media untuk berbagi ilmu pengetahuan, baik untuk para kader akhwat muslimah dan para ibu-ibu pengajian Forsitma (Forum Silaturrahmi Majelis Taklim) DPC PKS Pesanggrahan
Penasehat:
1. dr Sri Wahyuni MM
2. Zahrina Nurbaiti SSos, SSos.I, MM
Penanggung Jawab:
drg Retno Susilawati
Redaksi:
Handayani, Lia Sartika, Eni P, Musliha, Aswita, Ni’mah Lubis, Fitri, Nova, Rohani
BERITA TERBARU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar