Oleh: Pramana Asmadiredja
Menikah atau berumah tangga berarti menyatukan dua keluarga besar yang harus dipahami seluk beluknya dan dihargai hak serta pendapatnya dan dijunjung tinggi harkat dan martabatnya. Iktikad untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warrahmah (Samara) tidak bisa datang dari sebelah pihak, akan tapi keduanya harus saling bahu membahu dan saling berbagi tugas serta peran sebagai isteri, sebagai ibu, sebagai sahabat.
Begitu pula demikian dengan suami. Ia memainkan peran sebagai kepala rumah tangga, sebagai teman dan sebagai sosok yang memberikan dukungan dalam banyak hal. Ditambah karunia Allah SWT berupa anak, tentunya membuat pasangan suami istri harus mempersiapkan berbagai bekal terutama ilmu pengetahuan dunia dan akhirat untuk anak-anaknya nanti.
Beberapa orangtua yang ditemui penulis, diantaranya pasangan Bapak Muhammad Anshari (72) dengan Ibu Siti Rofiah (69) tinggal di Purwakarta dan telah dikaruniai 11 anak, cucu bahkan cicit ini, memiliki konsep keluarga sakinah sejak memulai hidup baru puluhan tahun silam. Sejak menikah mereka berdua sudah bercita-cita mendirikan keluarga sakinah. Semua persoalan dalam rumah tangga diselesaikan dengan segera.
“Tidak boleh ada yang tersisa sampai besok, semua harus tuntas sehingga tidak ada yang mengganjal. Dengan begitu setiap hari selalu dimulai dengan hal-hal yang baru dan setiap hari tetap tumbuh rasa cinta serta saling pengertian,” kata bapak Muhammad Anshari kepada penulis.
dengan komitmen seperti itu hingga sekarang terus memacu semangat hidup dan bekerja sebagai pasangan yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Rumah menjadi tempat berlindung yang hangat, tempat bertemu setelah bekerja seharian dengan profesi masing-masing. Rasa lelah bekerja terbalas dengan sikap yang saling pengertian dan saling mendukung. “Terutama saat mempersiapkan diri menjadi seorang ibu tatkala masa kehamilan tiba,” tutur Ibu Siti Rofiah bercerita.
Ibu Siti, begitu ia biasa dipanggil mengungkapkan bahwa dirinya menyadari sepenuhnya, untuk menjadi ibu mempunyai tanggung jawab yang besar. “Saat masa kehamilan berlangsung, saya lebih banyak melakukan aktivitas keagamaan. Shalat wajib dan sunnat, puasa, membaca Al-Quran. Suami menjadi lebih sabar dan menyiapkan diri untuk menjadi seorang ayah,” ungkap Pak Anshari penuh semangat.
Mereka berdua bekerja sama untuk menciptakan kenyamanan dan ketenangan menantikan buah hati hingga lahir kedunia. Keduanya juga sepakat untuk menyiasati diri agar komunikasi yang hangat semakin terjalin dengan hadirnya buah hati mereka.
Sebagai orang tua, tentu harus menyadari bahwa anak adalah titipan Allah SWT yang harus dipenuhi hak-haknya. Mereka harus diberikan bekal seimbang dunia akhirat. Kita harus sadar bahwa mereka ibarat anak panah yang satu hari akan keluar dari busurnya, melesat jauh dan menempatkan diri pada tambatan hatinya. Karena itu harus diberikan bekal yang cukup agar mereka bisa meniti hidup dan berguna untuk orang lain. Wallahu'alam
:: Redaksi PKS Pesanggrahan menerima tulisan/artikel/cerpen, dengan mencanyumkan nama dan foto (pribadi, keluarga, ilustrasi)
BERITA TERBARU
Muhammad Anshar dan Siti Rofiah, Kebahagiaan Hidup Berumah Tangga
Jumat, 13 Januari 2012
Tag:
Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar