Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Wudhu, Identitas Yang Menautkan Dua Rindu

Jumat, 10 Februari 2012

Suatu hari Rasulullah SAW bersabda, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Aku sangat ingin sekiranya aku bisa melihat saudara-saudaraku”. Para sahabat berkata, “Bukankah kami ini saudara-saudara engkau wahai Rasulullah?”

Rasul SAW lalu menjawab,”Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang beriman kepadaku tetapi belum pernah melihatku”.

Para sahabat bertanya lagi, “Bagaimana kelak engkau bisa mengenali bahwa mereka yang akan datang belakangan itu adalah umat engkau”.

Rasul SAW menjawab,”Bagaimana menurutmu jika seseorang memiliki kuda yang dahinya putih bercahaya dan berada di tengah-tengah kuda-kuda lain yang semuanya hitam kelam pekat, tidakkah ia tahu yang mana kudanya?”

Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah”

Rasulullah SAW melanjutkan,”Begitulah mereka saudaraku itu, kelak mereka datang dalam keadaan bercahaya wajahnya dan putih pada daerah bekas-bekas wudhunya”.

Hadits di atas menumpahkan rasa rindu di kalbu. Dari Rasul SAW yang mencintai orang-orang beriman yang belum pernah ia lihat dan merekapun belum melihat wajah beliau yang mulia. Orang-orang itupun rindu untuk melihat Rasulullah SAW, rindu untuk berjumpa dengannya. Rindu untuk berdiri kelak di garis umatnya yang berbaris-baris. Tapi hadist di atas juga menjelaskan soal lain, bahwa kerinduan-kerinduan itu kelak dipertemukan melalui wudhu. Wudhu, adalah identitas yang menautkan dua rindu.

Maka wudhu harus kita hadirkan bersama rasa rindu dan pengharapan itu. Rindu untuk disapa dan dikenali Rasulullah SAW. Serta pengharapan untuk dipanggil di telaganya. Sebab Rasulullah SAW akan menunggu umatnya di telaganya.Dan bahkan beliau berharap jumlah umatnya adalah yang paling banyak diantara umat nabi yang lain di saat itu.

Wudhu tak sekedar membasahi diri dengan air. Wudhu seharusnya terasa membasuh diri dengan Cahaya.

Beliau bersabda, “Jika seorang muslim berwudhu dan membasuh wajahnya, keluarlah dari wajahnya segala kesalahan yang didatangkan oleh kedua matanya, hingga tetesan air yang terakhir. Jika ia membasuh kedua tangannya, keluarlah dari kedua tangannya segala kesalahan yang didatangkan oleh kedua tangannya. Jika ia membasuh kedua kakinya, keluarlah segala kesalahan yang disebabkan kedua kakinya berjalan kepadanya, sampai ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa”.

Diringkas oleh: Lilis Yunalis, dari Dirosat Tarbawi No.267



Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.