Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Sebatang Coklat Yang Menyelamatkan

Senin, 13 Februari 2012

Ini bukan sekedar cerita, tapi kisah nyata sederhana dari seorang akhwat yang fakir. Bukan bermaksud menggugah, hanya mengajak kita semua untuk masuk ke ranah suci bernama hati dan tak mencari alasan mengapa harus berbagi.

Ini berawal dari sebuah kejadian sederhana. suatu  hari di awal tahun 2012. Pasca operasi tahun 2010 lalu di RSCM, tiba-tiba dokter yang pernah “mengacak-ngacak” sekaligus “menyelamatkan” saya dalam operasi besar selama 9 jam menelepon meminta saya untuk datang cek up melihat kembali perkembangan karya besarnya.

Hari itu, tepat pada hari yang dijanjikan sang dokter. Saya sengaja meminta izin dari kantor. Karena seperti yang kita tahu betapa RSCM selalu dijejali pasien dari pelbagai daerah dan pelbagai jenis penyakit. Tetapi tepatnya bagi saya RSCM adalah tempat yang ciamik untuk bermuhasabah, menjadikan kita manusia yang cerdas dalam mensyukuri kesehatan yang Allah SWT berikan kepada kita.

Singkat cerita, pagi-pagi sekali saya sudah mempersiapkan diri.  Dan sekitar pulul 9.00 WIB saya sampai di RSCM. Si  hitam yang gagah (motor Jupiter keluaran tahun 2007) sudah saya parkir di lahan yang tidak terlalu luas untuk sebuah rumah sakit pemerintah. Saya berjalan menelusuri koridor-koridor rumah sakit yang sedang di renovasi. Saya percepat laju kaki agar tidak terlalu mengecewakan sang dokter, karena ia menjanjikan pertemuan dengan saya pukul 9.00.  Kaki ini berjalan sedikit berlari dengan gesit.
Seeeettt...seeettttt.....ea ea ea ea....jalan cepat sambil iseng meperagakan gaya pemain bola.(maklum saya hobi sekali olah raga)

Singkat cerita, saya sampai di lantai dua, poliklinik ortopedi.  seperti biasa, pemandangan “istimewa” selalu jadi konsumsi rutin sejak 2 tahun lalu. Mulai dari penyakit parah hingga yang sangat parah (jangan harap menemukan penyakit alay), dari yang tulangnya lebih sampai yang kekurangan hingga yang bermasalah semua numpek blek jadi satu. Karena saya merasa menjadi pasien istimewa yang ditelpon langsung oleh sang dokter, maka saya tidak perlu melakukan pendaftaran seperti pasien lain. Saya langsung mengetuk pintu ruang periksa.

Dan subhanallah, pemandangan indah langsung mendinginkan mata dan hati, betapa tidak, Jakarta yang masih pagi saja sudah panas, ditambah jalanan macet dari ulujami hingga cikini dan tempat parkir yang minimalis hingga pemandangan orang-orang kesakitan yang membuat hati makin miris karena mereka harus berjubel dalam antrean Jamkesmas dan SKTM.
Bisa nebak dong?!...

Saya disodorkan sesuatu yang indah, seuntai senyum sang suster. Tanpa bermaksud mengelaborasi lebih dalam, tapi sungguh suster muda, cantik dan ramah itu membuat pasien-pasien lebih tenang dan nyaman. Saya menyapa ramah dan langsung ke pokok permasalahan. “Assalamu’alaikum selamat pagi suster. Maaf hari ini, saya dijanjikan oleh dr. Kristian untuk cek up. Mohon bantuannya suster.”

Dengan wajah penuh senyum ia coba melihat ke arah buku yang ada di depannya. Sambil menaikan kaca matanya sang suster berkata. “Oh, iya dr. Kristian sudah bilang hari ini ada pasiennya yang akan periksa, tapi belum juga dateng tuh. Ditunggu saja ya...”

Karena diberi bons senyuman, saya luluh dan membalikan badan mengantre bersama “rekan-rekan sejawat”.  Singkat cerita saya coba menghabiskan waktu dengan tilawah Quran dan sholat Duha di seberang rumah sakit. Namun bosan mulai datang, saya putuskan keliling sambil berjalan cepat, ya hitung-hitung olahraga. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11.00 WIB, panas jakarta makin parah. Saya coba kembali ke poli ortopedi, ini untuk yang ke tiga kalinya dan ternyata dr kristian belum juga tiba. Sudah lebih dari 5 kali saya contact ke telepon selulernya tapi tidak aktif.

Mulai sedikit emosi. Dan tak terasa waktu menunjukan pukul 12.00 tak tahan dengan udara panas dan waktu yang terbuang percuma. Ditambah belum sempat sahur karena hari itu saya memaksakan diri untuk shaum sunnah. Tanpa bermaksud menjadikan itu alibi saya lari ke restoran padang dan melahap satu piring makan siang dengan menu standar ala restoran padang. (nulis sambil senyum2 sendiri)

Namun, nasi padang belum sanggup menagguhkan rasa lapar. Masih kurang berenergi, akhirnya saya putuskan membeli satu botol minuman kemasan dan sebatang coklat yang sudah terbayang akan saya makan sambil menunggu sang dokter. Saya bergegas naik lagi ke lantai dua berharap sang dokter sudah berdiri manis di ruang periksa sambil berkata maaf karena tak menepati janji....

Ternyata nihil...sang suster memohon maaf dan meminta saya untuk membuat janji kembali. Perasaan kesal, bete (asik,,,), galau (gaul banget), cape, merasa tersia-siakan baik secara waktu dan tenaga, apalagi sudah meminta izin dari kantor.

Dengan perasaan kesal, Saya telusuri koridor rumah sakit bermaksud untuk pulang. Langkah cepat dengan coklat masih di tangan saya percepat langkah karena ingin segera keluar dan merebahkan badan di rumah.

Sejurus, di koridor yang sama, dari arah berlawanan saya melihat seorang anak pasien ortopedi dengan tongkat mengganjal di kedua ketiaknya berjalan hampir berlari. Saya ingat betul, tulang paha kanannya keluar dan kondisinya menyedihkan. Ia berjalan ditemai ibunya yang sedang menggendong adiknya. Karena ritme jalan sang ibu yang cepat. Bocah kecil ini pun seirama dengan sang ibu, cepat sekali.

Saya yang dalam jarak 3 meter entah kenapa merasakan energi dan semangat yang luar biasa, jarak 2 meter saya terbius oleh sorot matanya,  1 meter bahkan sampai kami berpapasan saya mulai melambat laju kaki. Hampir terlewat. Entah, tanpa pikir panjang saya kejar ia yang hampir jauh dan saya hentikan lajunya sambil tersenyum saya berkata. “Adik sayang, ini coklat, mau?”

Saya sodorkan sebatang coklat yang sejak tadi sudah terbayang akan melumuri rongga mulut. Dia tersenyum dan kaget menerima coklat dan berterimakasih lewat verbal yang indah bernama SENYUMAN. Singkat cerita, saya keluar dari RSCM, dengan udara yang sangat panas, saya ajak sang hitam yang gagah dengan kecepatan yang lumayan melewati manggarai, lanjut karet bivak, melaju ke senayan hingga saya putuskan memotong jalan menuju ulujami lewat jalan limo kebayoran lama. Entah kenapa, tangan ini selalu menggeser gas pada kecepatan tinggi hingga saya putuskan menyalip mobil di depan saya dan di arah yang berlawanan jg sudah terlihat mobil bak dengan kecepatan lumayan tinggi...

SEEETTTTTT saya lulus..... namun tak selang beberapa detik ada suara benturan keras menghantam......BEEEEMMMMMMMMMMMMMMEEEEMMMM

Naas, motor yang tepat dibelakang saya, (saya masih hafal betul seorang pria,body motornya berwarna kuning dan helemnya dengan warna senada) tertabrak oleh mobil-mobil yang saya salip tadi. Sontak saya mengerem, berhenti dan melihat kearah belakang. Sang pengendara sudah ada di bawah mobil terlindas ban dan semua orang mengerubti untuk menolong. Ia tergeletak tak bergerak.

Degan tubuh lemas. Saya lanjutkan perjalanan, menelusuri jalan menuju rumah, saya cek list, mengapa hari ini saya harus ke rumah sakit, mengapa saya harus tidak bertemu dokter mengapa, saya harus menghabiskan waktu hingga pukul 12.30 dan mengapa sebatang coklat itu harus saya serahkan kepada bocah bermata indah itu.

Saya hadir untuk melihat realitas, sebatang coklat itu mungkin yang menyelamatkan saya atas kehendak dan skenario Allah SWT....
Tanpa bermaksud apapun, semoga ini bisa memberikan setitik nilai, tanpa maksud menggurui...

*kisah nyata, di awal tahun 2012....
(al-fakir _rachma_)

Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.