Oleh Tarwiyah
Setiap anak pada dasarnya mereka gemar membaca. Namun, tanpa rangsangan yang terus menerus, kegemaran ini akan sulit bertahan hingga sang anak beranjak dewasa. Ayat yang pertama kali diturunkan Allah SWT pada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi awal mula perkembangan dakwah beliau adalah satu perintah untuk membaca. Iqro...‘bacalah’!
Perintah yang cukup sederhana ini bagi seorang mukmin, telah menegaskan pentingnya kegiatan membaca ayat-ayat, fenomena-fenomena, ilmu, baik yang tersurat maupun tersirat di seluruh alam, sebagai bekal kesuksesan meniti hidup di dunia dan di akhirat.
Dan dalam perkembangan selanjutnya, soal pentingnya kemampuan membaca dalam hidup manusia semakin terbukti. Ketrampilan membaca sesungguhnya merupakan basic skill atau ketrampilan mendasar yang sangat berpengaruh pada kemudahan anak memperoleh ketrampilan lainnya.
Anak yang gemar membaca menjadi lebih mudah mengeksplorasi pengetahuan, karena, salah satu cara utama dalam mengeksplorasi pengetahuan didapat dari membaca. Tak hanya itu, terampil membaca juga sangat membantu anak tampil percaya diri, terampil berbicar, bercerita, dan menulis.
Mengapa keterampilan menulis, yang sering dikategorikan oleh para ahli sebagai ketrampilan puncak, juga amat tergantung pada terampil tidaknya seorang anak dalam membaca, dikarenakan seorang penulis yang produktif memang dituntut untuk banyak membaca.
A good writer is also a good reader, kata satu pepatah. “Penulis yang baik juga seorang pembaca yang baik’. Sebagai contoh, seorang ulama besar, Imam Syafei, yang begitu produktif menulis dikarenakan kebiasaan membacanya yang sangat luar biasa. Sebaliknya, anak yang tidak dapat atau tidak pandai membaca cenderung menarik diri atau minder dalam lingkungannya.
Sebaliknya, anak yang tidak terampil membaca juga sering mengalami kesulitan berbicara formal, dalam hal kemampuan berdialog atau berdiskusi. Bila keadaan ini tidak segera mengalami perbaikan, lambat laun anak juga akan mengalami kesulitan menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Bahkan, dalam pola active learning sekalipun, anak yang mengalami kesulitan membaca juga akan mengalami kesulitan mengikuti pelajaran.
Secara fomal, khususnya di Indonesia, anak baru akan diajarkan membaca pada saat mulai masuk sekolah dasar, yaitu antara usia 6-7 tahun. Namun, jangan terpaku hanya pada lingkup formal ini. Rangsangan untuk membuat anak cinta membaca tetap harus dilakukan sejak dini agar anak menjadi terbiasa. Dalam hal ini, ada satu kegiatan yang sangat penting dalam menunjang kemampuan membaca anak, yaitu kegiatan pra membaca.
Kegiatan pra membaca ini diawali dengan memantau perkembangan berbahasa anak. Perlu diingat, sebelum mampu membaca, anak-anak harus tahu dan mampu menggunakan perbendaharaan kata-kata dasar yang baik. Sebab, mereka hanya dapat memahami kata-kata yang kelak mereka lihat secara tercetak jika mereka telah pula mendapati kata-kata tersebut dalam pembicaraan. Anak-anak yang mampu berbicara dengan baik dan dalam jumlah ‘banyak’, umumnya cenderung menjadi pembaca yang baik pula.
Oleh karena itu, menyisihkan waktu untuk berbicara dengan bayi dan balita merupakan bagian dari kegiatan pra-membaca yang sangat penting dan sebaiknya dimulai sedini mungkin. Semakin dini anak mendapat pengajaran pra-membaca ini, semakin mudahlah ia menjalani proses membaca formalnya. Dalam masa selanjutnya, doronglah anak untuk mengungkapkan pendapat, melontarkan pertanyaan juga mengambil keputusan.
Selain mengajak anak bercakap-cakap, kegiatan pra membaca lainnya adalah dengan secara aktif memberikan anak buku-buku bergambar yang sesuai dengan perkembangan anak. Buku yang dirancang khusus untuk kegiatan pra membaca ini biasanya didesain anti robek, kadang bahkan anti air dan memiliki gambar-gambar menarik.
Sayangnya, buku-buku semacam ini masih terbilang mahal harganya. Namun Anda dapat menyiasatinya dengan membuat buku sendiri. Misalnya, dari album foto plastik, atau dengan menjilid gambar-gambar menarik yang sudah dilaminating.
Anak usia empat tahun pun umumnya sudah mampu mengerti gambar, menangkap alur cerita berdasarkan gambar, bahkan mampu menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri kepada orang lain.
Meski begitu, satu poin penting yang tidak boleh dilupakan dalam tahap ini adalah adanya suasana menyenangkan tanpa paksaan. Sebab, berdasarkan penelitian, dalam keadaan senang dan gembira, otak anak akan ‘terbuka’ dan siap menampung informasi. Sebaliknya, dalam kondisi tertekan atau terpaksa, sistem limbik (yang ibarat pintu gerbang penerimaan informasi) akan tertutup dan tidak mampu menerima informasi, sederas apa pun dia dikucurkan.
Itu pula sebabnya, di taman kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sang guru perlu berhati-hati dengan metode pengajaran membaca bagi murid-muridnya. Karena masa TK/PAUD memang belum waktunya anak memasuki masa membaca formal. Karena itu, pengajaran membaca dan menulis yang diberikan pun tetap harus berorientasi pada kegiatan membaca non-formal, sehingga anak merasa bahagia atau enjoy.
Memudahkan anak mengambil dan membaca bukunya juga merupakan perangsang gemar membaca. Sediakan rak yang rendah untuk menyimpan buku anak agar ia mudah menjangkau dan memilih sendiri. Sediakan pula karpet, tikar atau sofa khusus, sebagai tempat anak membaca. Bila perlu beri harum-haruman di ruang yang sering digunakan anak untuk membaca, agar tempat itu menjadi spesial dan menjadi pilihan tempat favorit bagi anggota keluarga. Jadikan pula buku sebagai sumber informasi sehari-hari.
Terakhir, rangsangan membaca akan semakin kuat bila anak selalu melihat contoh nyata ‘cinta buku dan cinta membaca’ dari orangtua dalam kehidupan sehari-harinya. Bila Anda ingin anak Anda menjadi anak yang gemar membaca, maka pertama kali, bertanyalah pada diri sendiri. “Apakah saya sendiri gemar membaca?” Bila jawabannya adalah tidak, jangan kaget bila anak kita pun tidak pernah menjadikan membaca sebagai kegiatan favoritnya.
Sebagai contoh, buku yang cukup baik bagi perkembangan tumbuh anak di usia dini, seperti buku: “Muhammad Teladanku” (Produksi Sygma Examedia), di dalamnya dikenalkan pada sosok teladan utama manusia, yaitu Muhammad SAW. Dalam buku itu disajikan dengan bahasa yang cukup mudah dipahami, mengalir dan mengasyikkan.
Selain itu, ada juga “Wahana Belajar Anak Cerdas” (Produksi Sygma Examedia), sebuah buku paket lengkap yang bisa digunakan orangtua sebagai wahana pendidikan bagi anak-anak. Buku ini sangat bermanfaat bagi orang tua yang ingin anaknya menjadi cerdas, selalu berfikir kritis, kreatif dan inovatif. Semoga bermanfaat. Wallahu’alam
:: Penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh tentang buku yang disebutkan diatas, bisa mengontak Ibu Tarwiyah (tinggal di Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi) Hp. 081585072667 | Fb: Tarwiyah Awi
Buku: Muhammad Teladanku
Buku: Wahana Belajar Anak Cerdas
BERITA TERBARU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar