Alquran dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan serta pengembangan pribadi muslim.
Pribadi muslim yang dikehendaki Alquran dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
Gambaran masyarakat tentang pribadi muslim berbeda-beda. Selain itu, banyak yang berfikiran bahwa pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah (ibadah) saja.
Padahal itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim berdasarkan alquran dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.
1. Salimul Aqidah (bersih akidah)
2. Shahihul Ibadah (lurus ibadah)
3. Matinul Khuluq (kukuh akhlak)
4. Qadirun ‘alal Kasbi (mampu mencari penghidupan)
5. Mutsaqaful Fikri (luas wawasan berpikirnya)
6. Qawiyyul Jismi (kuat fisiknya)
7. Mujahidun Linafsihi (pejuang dirisendiri)
8. Munazhamun fi Syu’unihi (teratur urusannya)
9. Haritsun ‘ala Waqtihi (memperhatikan waktunya)
10.Nafi’un li Ghairihi (bermanfaat bagi orang lain)
Membentuk kepribadian daiyah muslimah tidak menuntut seseorang shalih secara pribadi, akan tetapi juga dia juga harus mampu membuat shalih lingkungannya. Apalagi, dalam sejarah Islam, jelas sekali para wanita muslimah generasi pertama zaman Rasulullah pun turut ikut berdakwah.
Memberikan pelatihan aktivitas sekaligus mendapatkan pengalaman tarbiyah tidak hanya di forum kajian keilmuan saja, akan tetapi dia juga merupakan praktek lapangan. Akhwat muslimah dilatih untuk menunaikan tugas dakwah, sejak melakukan dakwah fardiyah (pribadi), melakukan dakwah umum kepada masyarakat, dan dakwah khusus dengan membina akhwat muslimah lainnya. Caranya pun sangat beragam, diantaranya dengan melibatkan akhwat muslimah ke dalam kepanitiaan atau organisasi, yayasan, lingkungan masyarakat atau lainnya.
Para akhwat muslimah hendaknya dibekali dengan keterampilan teknis dan praktis. Keterampilan teknis seperti keterampilan rumah tangga: memasak, menjahit, menata rumah, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan lainnya, dan hal ini penting untuk diberikan kepada akhwat muslimah.
Keterampilan praktis seperti manajemen komunikasi, komunikasi berbasis masyarakat, komunikasi politik, pidato, berorasi, menyampaikan pendapat, menyusun argumen, bahkan membuat dan menyampaikan makalah pun penting diberikan kepada akhwat muslimah.
Walaupun kita tahu, tidak semua akhwat muslimah dapat terjun ke ranah politik, namun semua akhwat muslimah juga harus memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap politik. Penguasaan akhwat muslimah terhadap teknologi pun diharapkan mampu dipenuhi sebagai salah satu hal yang mempermudah gerak dakwah di lapangan.
Dan tarbiyah islamiyah mencetak tidak saja kader, tetapi pemimpin yang memiliki potensi dan keterampilan dalam memimpin. Dengan demikian, para akhwat muslimah harus disiapkan untuk mengemban amanah kepemimpinan dalam berbagai urusan, khususnya yang menyangkut permasalahan kewanitaan. Wallahu’alam (foto: tarbiyatuna.com)
:: Ditulis kembali oleh: Tim Redaksi PKS Pesanggrahan
BERITA TERBARU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
Aqliyah Islamiyah adalah pola berfikir atas dasar Islam, yaitu hanya menjadikan Islam sebagai tolok ukur universal bagi pemikiran-pemikirannya tentang kehidupan. Sedangkan Nafsiyah Islamiyah adalah pola sikap yang menjadikan seluruh kecenderungannya atas dasar Islam, yaitu hanya menjadikan Islam sebagai satu-satunya tolok ukur universal pada saat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Posting Komentar