Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Komunikasi Efektif Suami Istri

Minggu, 29 Januari 2012

Oleh Zahrina Nurbaiti

Sahabatku yang shalih dan shalihah, yang dicintai Allah SWT, kugoreskan tulisan seputar rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, terutama untuk memotivasi para ikhwah fillah. Yang telah berusia cukup, hendaknya jangan ragu-ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Percaya dan yakin, bahwa pernikahan tidaklah sesulit yang kita bayangkan, apalagi jika niat kita ingin mendekatkan diri pada Allah SWT, insya Allah pasti dimudahkan-Nya, apalagi masalah rezeki. Insya Allah dengan menikah akan semakin berkah, karena di kala lelah dan capek setelah beraktivitas, ada seseorang yang mampu menghibur dan menghilangkan kelelahan tersebut, yaitu pasangan hidup kita. Ya Allah, semoga dengan tulisan ini, mampu menggugah para ikhwah fillah untuk tidak menunda-nunda dalam mengenapkan setengah Dinnya. Amin ya robbal ‘alamin.

Komunikasi merupakan seni mempengaruhi orang lain untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Pada saat kita berkomunikasi, kita menghasilkan, mengalihkan dan menerima pesan-pesan. Setiap pasangan suami isteri yang telah mengikat hubungan mereka dengan ”mitsaqon gholizo” tentu berkeinginan dan mendambakan terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

Siapa pun yang telah menikah atau sedang merencanakan untuk menikah, insya Allah pasti ingin membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Yaitu suatu keluarga yang seluruh anggotanya memiliki visi dan cita-cita yang sama tentang makna hidup. Keluarga yang berwawasan etika dan moral tauhid, yang sama-sama memahami bahwa keluarga adalah sebuah perjalanan panjang merekayasa peradaban masa depan (future engineering). Bahkan ada seorang sosiolog Jerman Ivone J. Bach pernah berkata, ”Bila ada surga di dunia, maka ia adalah keluarga yang harmonis.”

Namun tidak jarang, suatu keluarga bagaikan neraka di dunia, terjadinya percekcokan antara suami dan isteri, sehingga tidak ada lagi ketentraman dan ketenangan bagi anggota keluarga tersebut. Sebenarnya inti dari semua permasalahan adalah komunikasi dan dialog yang intensif dan sehat antara suami dan isteri. Dialog dan komunikasi yang hambar biasanya mengakibatkan hubungan kemesraan menjadi berkurang. Bahkan tidak jarang kemesraan menjadi hilang, timbul ketegangan dan terjadilah perselisihan. Kalau sudah begini, kedua suami isteri itu akan mengalami penderitaan. Sangat disayangkan apabila hubungan yang hambar ini terjadi pada keluarga muslim yang dibangun dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.

Diperlukan pengertian yang mendalam dari kedua suami isteri agar komunikasi dapat berjalan secara kontinyu dan menyenangkan. Suami isteri hendaknya memiliki kesamaan persepsi tentang BETAPA PENTINGNYA MEMBANGUN HUBUNGAN HARMONIS anatra keduanya. Dengan hubungan yang harmonis dalam rumah tangga kita, maka akan terciptalah hal-hal berikut:

1. Membahagiakan kedua pihak. Karena keduanya akan semakin menyadari fungsi dan peranan rumah tangga dalam ibadah kepada Allah SWT.

2. Merupakan syarat utama dalam membentuk keluarga yang berorientasi taqarrub ilallah (mendekatkan diri pada Allah SWT).

3. Melahirkan produktivitas keluarga yang sangat menguntungkan. Usaha keluarga yang sukses biasanya hanya tumbuh dari rumah tangga yang harmonis. Alhamdulillah, penulis banyak belajar dari rumah tangga mama dan Almarhum Bapak, bisnis alat-alat pesta dan tenda, dan sudah berjalan 20 tahun. Dari situlah kami bisa kuliah, bahkan adikku sempat 4 tahun tinggal di Minnesota USA, dalam rangka kuliah S2 dan bekerja di sana, namun takdir berbicara lain.

Karena mamaku terkena stroke hemoragik, yang menyebabkan kelumpuhan sebelah badan pada mama kami, membuat adikku memutuskan pulang ke Indonesia dan tidak jadi melanjutkan S3. Karena kami sangat menyayangi mama, beliau stroke karena kehilangan almarhum Bapak, maklum mereka selalu berdua kemana-kemana dalam rangka memajukan bisnis keluarga untuk membiayai kuliah kami, terima kasih mama dan almarhum Bapak, kami bisa seperti ini, tentu saja dengan pertolongan Allah SWT.

4. Memungkinkan kedua suami isteri mendidik anak secara lebih konsentrasi. Sebab kerukunan orang tua merupakan modal utama bagi pembentukan generasi muslim yang kuat.

5. Menjadi pendorong suami isteri dalam meningkatkan peranannya dalam dakwah Islam di tengah masyarakat. Bagaimana mungkin kita bisa aktif berdakwah di tengah-tengah masyarakat, jika rumah tangga kita berantakan dan tidak harmonis. Keteladanan rumah tangga yang harmonis dari para dai dan daiyah sangat dibutuhkan masyarakat.

Lalu bagaimanakah tips berkomunikasi dengan pasangan hidup kita, agar terjadi komunikasi yang efektif, sebagai berikut :

1. Pilih Waktu yang Tepat
Setiap pasangan hendaknya memperhatikan bagaimana memilih waktu yang tepat. Janganlah mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang membutuhkan penjelasan panjang di saat suasana sedang sibuk bekerja atau dalam keadaan lelah. Lakukanlah pasa saat santai misalnya setelah makan malam atau pada hari libur. Orang yang sedang bahagia tentunya akan memberikan tanggapan yang lebih baik daripada orang yang sedang mengalami emosi negatif seperti sedih, kecewa atau marah. Para suami juga hendaknya memahami bahwa ada saat-saat dimana isteri sedang kurang enak hati akibat situasi tertentu yang tidak bisa dihindarinya. Misalnya isteri sedang hamil, menstruasi, atau saat-saat memasuki masa menopause. Pada masa-masa ini, biasanya seorang wanita akan lebih sensitif, mudah marah, mudah tersinggung, dan emosi-emosi lain yang bersifat negatif.

2. Bersikap tenang
Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa keteangan datangnya dari Allah SWT, dan ketergesa-gesaan datangnya dari syaithan. Usahakan jangan pernah memulai pembicaraan ketika sedang marah, kepala yang panas tidak dapat berfikir secara rasional. Cobalah catat yang ingin disampaikan sebelum memulai pembicaraan. Kalau memang terlihat sulit untuk dipecahkan, mungkin perlu time out atau istirahat dari pembicaraan tersebut. Carilah lain waktu pada saat pasangan kita merasa lebih tenang. Namun jangan sampai membiarkan masalah menggantung, ingat pepatah bahwa ”hati boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin”.

3. Lakukanlah aktifitas bersama pasangan hidup kita
Hubungan yang baik perlu dibina dengan kerja keras. Usahakan agar selalu membina hubungan baik dengan pasangan hidup kita atau keluarga dalam keseharian. Pada waktu-waktu senggang cobalah luangkan waktu untuk keluarga, misal mengajak anak-anak rihlah. Tidak harus ke tempat yang mahal, yang penting adalah makna kebersaamaan. Bisa juga hanya berdua saja dengan pasangan hidup kita, anak-anak dititip sebentar ke Eyang atau tante, guna mengevaluasi perjalanan rumah tangga yang telah dilalui.

Bisa juga ke tempat-tempat yang romantis (usahakan tidak ada musik hingar bingar), makan berdua dengan suasana yang santai dan rileks. Kita dengarkan pasangan kita untuk bercerita, hingga selesai. Tataplah mata pasangan kita dengan penuh cinta dan kasih sayang, jika tidak banyak orang, bisa saja kita genggam tangan pasangan kita sebagai tanda perasaan cinta dan sayang. Jika ini kita lakukan, Insya Allah irama hidup kita akan lebih indah dan tambah bersemangat untuk menjalani hari-hari selanjutnya.

4. Jadikan kata maaf dan terima kasih sebagai bunga yang selalu menghiasi dalam percakapan sehari-hari
Ini merupakan kunci dan teknik kehidupan. Janganlah menempatkan gengsi terlalu tinggi untuk meminta maaf pada pasangan hidup kita. Justru dengan kata maaf, seseorang yang tertutup hatinya akan mencair dan luluh. Begitu pula dengan ucapan terima kasih untuk segala sesuatu yang telah diberikan pasangan hidup kita. Misalkan, jazaakumullah khairan ya Aa, sudah membelikan aku somay Bandung. Atau sebaliknya suami kita mengucapkan, terima kasih ya De, sudah belikan aku kemeja. Dengan melakukan hal-hal tersebut, Insya Allah akan tercipta kehangatan dan kemesraan dalam keluarga.

5. Kompromi dengan pasangan hidup kita
Ini merupakan kunci untuk menyelesaikan masalah. Ketika suami dan isteri punya pendapat yang berbeda mengenai satu hal, kedua belah pihak harus rela berkorban sehingga masalah tersebut dapat dipecahkan. Kompromi bukanlah cara yang dipaksakan agar kemauan terwujud, akan tetapi merelakan sebagian permintaan demi kepentingan bersama. Oleh karena itu, perlu didiskusikan dengan santai untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak sehingga terjalin hubungan yang jujur, ikhlas, dan saling memberi dan menerima (take and give).

Siapa pun yang telah melangsungkan pernikahan, tentunya menginginkan terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Apalagi bagi para aktivis da’wah, dimana pernikahannya tanpa diawali dengan pacaran (karena dalam Islam memang tidak ada konsep pacaran). Yang ada hanyalah pacaran setelah menikah. Hal ini sangat sesuai dengan surat Al Isra ayat 32 yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”.

Mungkin ada sebagian orang yang bertanya, bahkan ketika saya mengisi seminar atau pun ceramah-ceramah keputrian di kampus, sering pertannyaan ini muncul. Bagaimana mungkin Mbak, cinta bisa tumbuh tanpa kita mengenalnya terlebih dahulu, lalu bagaimana kita bisa tahu karakter pasangan hidup kita, kalau tidak pacaran lebih dahulu? Saya pun berusaha menjawabnya sebijak mungkin tanpa harus menggurui.

Saya jelaskan, bahwa memang sudah fithrah bahwa pria dan wanita diberikan rasa saling suka, simpati, rasa ketertarikan. Namun mampukah kita menjaga semua perasaan-perasaan itu, sesuai dengan jalan yang diridhoi Allah SWT? Apalagi sebagai orang beriman, kita harus yakin akan janji-janji Allah yang pasti benar. Seperti di dalam surat An-Nur ayat 26 yang menyebutkan bahwa, “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula”.

Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga). Haruskah kita ragu dengan janji-janji Allah SWT? Ya semua berpulang pada keimanan kita masing-masing dalam meyakini janji tersebut. Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan jodoh yang sekufu untuk kita, karena pasangan hidup kita adalah refleksi dari diri kita.

Lalu bagaimanakah kiat-kiat menjaga keharmonisan rumah tangga kita agar tetap sakinah mawaddah wa rohmah hingga kematianlah yang memisahkan kita dengan pasangan hidup kita sebagai berikut :

1. Berbagi visi dan cita-cita
Dalam menentukan pasangan hidup, tentunya di awal pernikahan kita harus benar-benar meluruskan niat kita. Apalagi bagi seseorang yang sudah memilih dakwah sebagai jalan hidupnya, maka selayaknya juga berharap pasangan hidupnya adalah seseorang yang juga memahami tentang makna dakwah itu sendiri. Dengan kata lain sefikrolah (satu visi dan misi, satu pemikiran). Agar nantinya lebih mudah dalam berkomunikasi dan menentukan arah dan langkah hidup selanjutnya. Tidak bisa dibayangkan, jika suami aktif dakwah mendapatkan seorang isteri yang tidak paham makna dakwah, atau sebaliknya, seorang isteri yang aktif dakwah mendapatkan pasangan hidup yang kurang memahami makna dakwah itu sendiri. Jika hal ini terjadi, tentunya akan sulit terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

2. Saling percaya
Ini juga merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki para pasangan hidup. Kita harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan pasangan hidup kita. Jangan sekali pun mengkhianati perasaan pasangan kita. Jagalah kepercayaan ini dengan baik. Baik kita maupun pasangan hidup kita hendaknya berjalan lurus sesuai tuntunan agama, maka yang akan tumbuh adalah rasa saling percaya.

3. Saling menghargai
Dalam hal ini kita bisa mencontoh Rasulullah SAW yang begitu lembut dan menghargai para isteri beliau. Sampai-sampai, pada suatu hari Rasulullah SAW pulang larut malam dan tak dapat membuka pintu karena isteri Beliau tertidur di depannya, maka Rasulullah SAW memutuskan tidur di luar rumah, subhanallah.

4. Mudah memaafkan
Dalam hidup ini, tentu saja tak ada gading yang tak retak, maka jika salah satu diantara pasangan hidup kita berbuat salah, maka MAAFKANKAH, dan selesaikan semua persoalan sebelum pergi tidur.

5. Keterbukaan
Rumah tangga yang baik, sebaiknya menganut sistem manajemen keterbukaan. Jangan pernah ada sedikit rahasiapun diantara kita dengan pasangan hidup kita. Masalah keuangankah, masalah dakwahkah, masalah teman-teman fesbukkah, masalah sms-smskah, semua hendaknya kita ceritakan dengan pasangan hidup kita. Istilahnya tidak ada dusta diantara kita dan pasangan hidup kita tentunya.

6. Bersahabat dalam suka dan duka
Kebahagiaan suami adalah kebahagian kita, kesedihan suami juga kesedihan kita demikian sebaliknya. Hendaknya kita selalu bersama dengan pasangan hidup kita baik suka maupun duka.

7. Menerima kekurangan pasangan hidup
Di dunia ini, tentu saja tidak ada manusia yang sempurna. Apalagi manusia adalah tempat salah dan lupa. Rasanya kurang bijak, jika menganggap pasangan hidup kita seperti malaikat yang tak punya dosa. Yakinlah, di balik kekurangan pasangan hidup kita, pasti Allah SWT ciptakan berbagai kelebihannya. Jangan pernah sekali-kali membandingkan pasangan hidup kita dengan pasangan hidup orang lain. Yakinlah, pasangan hidup yang dipilihkan Allah untuk kita, adalah yang terbaik, Insya Allah.

8. Bersikap murah hati dalam kemesraan
Biasanya wanita lebih bersifat romantis dibandingkan seorang pria. Walaupun dari cerita seorang teman akhwat, justru suaminyalah yang lebih romantis. Tidak masalah, kalau suami kita tidak bisa romantis, ya kitalah sebagai isteri yang bersikap romantis atau sebaliknya. Jangan pernah pelit dengan kata-kata lembut, kata-kata sayang, love much, my honey. Bisa kita lakukan ketika bersms dengan suami kita, bisa juga dengan pertanyaan-pertanyaan perhatian, Mas, sudah makan belum?, atau ada yang bisa aku bantu, Mas?. Bisa juga di awal sms atau telepon, dengan kata-kata, Assalamu’alaikum say, sedang apa di kantor? Atau Abi, jangan lupa ya bawakan aku oleh-oleh ya, love much...(mengakhiri sms misalnya). Biasanya dengan kelembutan dan kasih sayang, semua akan menjadi cair dan akan bertambah rasa cinta dan sayang kita terhadap pasangan hidup kita.

9. Ciptakan kejutan bagi pasangan
Kadang-kadang kejutan yang kecil pun sangat bermakna bagi pasangan hidup kita. Misal pulang ceramah, kita belikan semangkok bakso dengan juice jambu kesukaannya, ataupun sebaliknya, pulang kerja, tiba-tiba suami kita belikan oleh-oleh martabak kesukaan kita, bisa juga majalah Ummi atau Tarbawi (terbaru misalnya). Bisa juga ketika suami pulang, sudah kita masakkan masakan kesukaannya. Dalam Islam memang tidak ada hari ulang tahun, namun tidak salahnya kita memberikan hadiah untuk pasangan hidup kita, bisa membelikan sebuah dompet, baju koko, atau kemeja kesukaannya. Jangan lupa ucapkan terima kasih atas pemberian tersebut, agar bertambah rasa syukur kita pada Allah SWT, yang telah menganugerahkan pasangan hidup untuk kita.

10. Ciptakan bulan madu kedua
Sesekali, ajaklah pasangan hidup kita, untuk berduaan saja tanpa anak-anak, untuk menikmati saat-saat indah berdua saja. Bisa makan berdua di luar rumah, dengan suasana romantis. Tidak perlu yang mahal kok, yang penting nilai kebersamaannya. Lalu bicaralah dari hati ke hati, jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita menyelesaikan pembicaraannya Tataplah mata pasangan hidup kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Subhanallah, indah sekali, jika semua pasangan hidup bisa melakukan hal ini, rasanya tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan di dunia ini. Yakinlah, Insya Allah setelah acara ini, irama hidup pasti berubah !!

11. Jangan sepelekan janji
Bila sudah berjanji dengan pasangan hidup kita, usahakanlah untuk menepatinya, biarpun untuk hal-hal yang kecil atau sepele. Seperti menjemput dari ceramah, atau mengantarkan ke dokter, misalnya. Tapi sebagai seorang isteri, kita pun harus menyadari tugas dan amanah dakwah yang diemban suami. Misalnya, sudah berjanji akan menjemput kita, namun tiba-tiba ada amanah da’wah yang jauh lebih penting, maka kita pun harus ikhlas untuk tidak dijemput. Hal ini bukan berarti pasangan hidup kita ingkar janji. Ya semua akan terasa indah manakala kita dapat memahami setiap pasangan hidup kita.


Share this Article on :

3 comments:

Anonim mengatakan...

Sebelumnya saya mau tanya, bagaimana dengan sikap seorang isteri yang memilih tinggal dengan orang tuanya sementara sang suami memintanya ikut tapi tidak mau. Apakah dari keluarga seperti ini masih memungkinkan untuk menjadi sakinah mawaddah warahmah???

Anonim mengatakan...

Cobalah dibangun komunikasi yang baik di antara pasangan. Bicarakan dari hati ke hati dalam suasana yang romantis,santai misalnya.Lihat latar belakang,mengapa sang isteri tetap memilih tinggal bersama orang tuanya?Karena idealnya memang setelah menikah,kemanapun suami pergi,sang isteri harus taat mengikutinya. Saya ndak tahu,apa yang menyebabkan isteri antum ndak mau?Ini perlu tahu latar belakangnya. Apakah karena sang ortu "SAKIT KERASKAH"?Sehingga memang membutuhkan perhatian lebih dr sang puterinya?Di sini diperlukan sikap yang bijak dari sang suami tentunya...

Zahrina mengatakan...

Dalam menciptkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah,diperlukan kerja sama yang baik tentunya baik oleh suami maupun isteri tentunya. Adanya saling asih,asah dan asuh.Modal yang utama adalah QUWWATU SILLAH BILLAH (selalu membina hubungan yang erat dg Allah SWT).Berbagi saja,dengan kondisi mama kami yg stroke sudah 8 tahun,subhanallah dukungan Pak Rudy sebagai suami ana,sangat luar biasa. Yakinlah dan percayalah,bahwa di balik kesuksesan seorang suami,pasti ada seorang isteri di belakangnya,begitu pula sebaliknya.Kebanyakan rumah tangga terjadi konflik karena kurang terbangunnya komunikasi yang baik antar pasangan. Selain itu,manajemen keterbukaan dalam RT juga sangat diperlukan.

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.