Oleh: Pramana Asmadiredja
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (QS Al Anfal: 27)
Ayat diatas menggambarkan secara prioritas tingkatan amanah yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang beriman yaitu amanah Allah, amanah RasulNya dan amanah antar sesama orang beriman yang dipercayakan. Menariknya lagi, dari redaksi ayat ini dikatakan bahwa perintah menjaga amanah langsung menyebutkan lawan dari amanah yaitu khianat. Sehingga kata kunci dari ayat ini lebih tertuju kepada larangan mengkhianati Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman.
Artinya, jika mengkhianati amanah Allah dan RasulNya, maka berarti telah mengkhianati amanah di antara sesama orang beriman. Dengan kata lain, menjaga kepercayaan Allah dan RasulNya merupakan benteng yang paling kokoh agar seseorang mampu menjaga kepercayaan sesamanya.
Terlebih lagi, ayat ini diawali dengan seruan kepada orang-orang yang beriman, yang sudah seharusnya menjadi contoh bagi umat lain dalam hal menjaga amanah atau kepercayaan. Karena Rasul SAW sendiri mengisyaratkan dalam haditsnya bahwa keimananan seseorang masih perlu dibuktikan dengan ujian menjaga kepercayaan. Bahkan seseorang akan dicap tidak beriman manakala tidak mampu menjaga amanah yang diberikan.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada iman bagi yang tidak ada amanah padanya (menjaga amanah) dan tidak ada agama bagi yang tidak ada janjinya baginya (memenuhi janji)”. (HR Imam Ahmad)
Menurut kesaksian Anas bin Malik ra sebagai perawi hadits ini mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah berkhutbah melainkan menyertakan hadits tentang ketiadaan iman bagi yang tidak menjalankan amanah. Pengkhianatan amanah dalam beragam bentuknya merupakan hal yang terlarang dan sangat dibenci oleh siapapun. Ini berarti segala bentuk amanah agar tidak termasuk mengkhianatinya haruslah dilaksanakan dengan sempurna dan sesuai dengan tuntunan dan tuntutan sang pemberi amanah.
Jika dilaksanakan apa adanya, cenderung asal-asalan dan tidak sungguh-sungguh meskipun ia telah menjalankannya, maka tetap saja berlaku istilah khianat untuknya berdasarkan makna bahasa yang cukup tajam ini.
Pengurutan amanah yang Allah sebutkan di ayat ini tidak sekedar untuk memenuhi syarat keindahan bahasa dan redaksi Alquran, lebih dari itu tentu, pengurutan ini memberi pesan bahwa amanat Allah dan RasulNya adalah yang paling tinggi, besar dan berat tanggung jawab dan konsekuensinya.
Dapat dikatakan seseorang yang mampu menjaga amanah Allah dan RasulNya, pastinya ia akan mampu juga menjaga kepercayaan sesamanya. Namun jika tidak, tentu sangat berat baginya untuk melaksanakan kepercayaan manusia karena kepercayaan Allah dan RasulNya sendiri yang lebih tinggi nilai dan urgensinya sangat mudah ia abaikan.
Seseorang yang mampu menjaga salat, puasa, zakat dan ibadah lainnya maka ia tentu akan dipercaya untuk menjalankan amanah lainnya. Namun jika seseorang tidak mampu menjalankan kepercayaan pada satu jenis ibadah, jangan harap ia akan mendapat kepercayaan Allah SWT untuk menjalankan ibadah yang lainnya.
Dengan demikian, berusaha menjalankan seluruh kewajiban Allah SWT dengan sebaik-baiknya tanpa terkecuali merupakan bukti bahwa ia layak mendapat kepercayaan Allah SWT pada seluruh aturan dan syariatNya. Dan berbahagialah ia dengan penghargaan tersebut. Namun jika sebaliknya, maka tidak akan mungkin Allah SWT memberikan kepercayaan untuk menjalankan syariatNya di muka bumi ini.
Menjaga kepercayaan Rasul adalah dengan menjalankan sunnah-sunnahnya secara menyeluruh dalam seluruh praktik kehidupan nyata Rasulullah, dalam beribadah, dalam berdakwah, menjaga amanah keluarga, masyarakat dan menjalankan amanah kepemimpinan umat. Seluruhnya akan menjadi barometer apakah kita termasuk yang mampu menjaga kepercayaan Rasulullah saw.
Tentu masih terbuka bagi kita untuk terus mengintrospeksi diri dan mengevaluasi tingkat ‘kepercayaan’ kita di mata Allah, RasulNya dan masyarakat secara umum. Sebelum terjadi hal yang lebih buruk lagi di bangsa ini, sebelum segalanya terjadi seperti yang diprediksikan oleh Rasulullah saw, “Jika amanah diabaikan maka tunggulah kehancurannya.” (HR Bukhari).
Sungguh setiap kita, sebagai apapun terutama sebagai orang yang beriman seharusnya senantiasa memperhatikan aspek kepercayaan ini dengan sepenuh hati sehingga keimanan kita benar-benar dapat dipercayai dan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT. Wallahu’alam
BERITA TERBARU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar