Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Menanti Buah Hati dalam Rumah Tangga

Selasa, 13 Desember 2011

Oleh: Zahrina Nurbaiti

Setiap keluarga, pastinya menginginkan kehadiran seorang buah hati dari pernikahannya. Buah hati yang mampu memecahkan kesunyian disaat kesepian melanda, ditambah celoteh kecil yang dapat menghidupkan suasana, saat lelah pulang berdakwah. Namun, bagaimana jika buah hati yang ditunggu tak pernah kunjung hadir, setelah belasan tahun penantian serta segenap ikhtiar yang telah dilakukan.

Namun, haruskah meratapi dengan menangis karena takdir tersebut? Duh Rabbi, jadikanlah hambaMu ini, hamba yang selalu pandai bersyukur dengan nikmat yang telah Engkau anugerahi. Berikanlah kesabaran pada kami atas ujian yang Engkau berikan dan tetapkanlah kami di jalan dakwahMu hingga hidup mulia atau kesyahidan menemui.

Lalu, apa dan bagaimana sikap yang harus kita jalani jika mendapatkan cobaan bahwa sang jundi, sekaligus buah hati belum hadir ditengah-tengah keluarga? Semoga beberapa hal terkait hal itu dan sarana yang dapat dilakukan.

Pertama, membina hubungan yang erat dengan Allah SWT. Berhubungan erat kepada Allah SWT, dan yakinlah bahwa hati ini akan menjadi lebih tenang, lebih tawakal dengan setiap cobaan yang diberikanNya. Keyakinan kita mengungkapkan bahwa rencana Allah SWT jauh lebih indah dari rencana manusia.

Kedua, berkonsultasi ke dokter. Jika dalam setahun usia pernikahan belum ada tanda-tanda kehamilan, maka hal pertama yang bisa dilakukan pasangan adalah dengan melakukan pemeriksaan ke dokter, baik sang isteri maupun suami, agar lebih mudah pengobatannya.

Selanjutnya menerima hasil test yang disampaikan dokter dengan penuh kesabaran, kebesaran jiwa dan tidak saling menyalahkan diantara pasangan, agar pernikahan terus berjalan dan tetap harmonis. Jangan bersedih hati apalagi berputus asa, dan teruslah ikhtiar, meskipun untuk melakukan hal ini dibutuhkan biaya yang cukup besar. Jangan langsung tergoda untuk berobat ke pengobatan yang terkadang membawa kita justru jatuh kepada nilai-nilai kemusyrikan.

Ketiga, cari aktivitas positif. Setiap manusia, pada prinsipnya tidak menyukai hal-hal yang monoton, namun lebih menyukai hal-hal dinamis. Maka, ketika belum ada tanda-tanda kehamilan dalam pernikahan, carilah aktivitas positif, seperti (i) Menjadi seorang pendidik/murobbi. Ada perasaan bahagia yang tidak dapat diungkapkan saat melihat anak didik kita mendapatkan jodohnya yang shaleh dan keluarga yang baik tentunya.

(ii) Melanjutkan kuliah. Sambil menunggu kehadiran buah hati, bisa melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau kuliah. Dan saat kuliah, akan mendapatkan tugas dan presentasi, sehingga membuat ikut sibuk mengerjakan hal tersebut, dan tidak larut dengan cobaan yang sedang melanda. Namun, jika terlihat tanda-tanda kehamilan, bisa ambil cuti pendidikan dahulu demi keselamatan sang janin. Semua itu dapat dikomunikasikan dengan pasangan kita tentunya.

Sehingga kuliah dapat kita jalani dengan baik. Dan tentu saja kita harus mampu mengelola waktu dengan baik, antara kuliah, dakwah dan rumah tangga. Apalah artinya jika sukses kuliah, dakwah, namun rumah tangga berantakan (tidak terurus). (iii) Aktif berdakwah di tengah masyarakat. Sebagai seorang muslimah, bisa saja aktif di organisasi masyarakat, ormas, kepartaian atau sebagai mubalighah (pembicara). Selain menambah kepercayaan diri, hasilnya juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

(iv) Cobalah untuk menulis. Setiap diri pasti mempunyai potensi yang telah Allah gariskan, hanya saja tinggal bagaimana kita mampu mengasahnya. Mulai dari menulis hal-hal yang kecil, memasak, makalah, catatan perjalanan atau yang lainnya. Insya Allah, ide itu akan mengalir dengan sendirinya dan tentu saja dengan pertolongan Allah. Dengan bismillah, insya Allah kita pastinya bisa.

(v) Ikut kursus singkat. Bisa juga ikut kursus singkat seperti menjahit, kursus bahasa, salon kecantikan muslimah, tata boga dan lain sebagainya. Intinya, waktu akan terasa lebih cepat, daripada hanya sekedar berfikir atau meratapi takdir.

(vi) Menjadi trainer. Seorang muslimah, bisa juga bergabung dengan pelatihan manajemen. Mudah saja, kita hanya melakukan presentasi dengan tema “KONSEP DIRI” selama 45 menit, lalu dinilai oleh tim yang kopenten. Banyak ikut magang isi pelatihan. Dan semu itu bisa dikomunikasikan dengan pasangan, agar langkah kita menjadi lebih ringan.

Dibalik kesuksesan seorang suami, pasti ada tangan tak terlihat yang membantu kelancaran sang suami. Dan peran seorang isteri adalah dengan selalu mendukungnya. Begitu pula sebaliknya, apalah artinya menjadi isteri yang sukses berdakwah tanpa ridho dari suami tentunya. Dan suami yang baik adalah mampu memotivasi sang isteri untuk terus berkembang, saling asih, asah dan asuh. Tanpa dukungan, tidak mungkin kita bisa berjalan dengan sempurna. Dakwahlah yang menyatukan cinta dan hati kita, biarlah kematian saja yang memisahkan kita, mengumpulkan kita berdua di surgaNya yang abadi. Amin.

Keempat, bina terus komunikasi dengan pasangan kita. Jangan pernah sungkan atau malu mengungkapkan perasaan yang kita rasakan pada pasangan kita dengan cara yang baik tentunya. Bisa saja hal itu kita lakukan, seperti saat kita sedang berdua makan malam di luar dengan suasana yang cukup romantis. Tidak perlu mahal, yang penting makna kebersamaanya. Jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita selesai mengungkapkan perasaannya.

Kelima, berbaik sangka terus menerus kepada Allah SWT. Jangan sekali-sekali kita berburuk sangka kepada Allah SWT, mengapa belum hamil juga? Bukankah Allah selalu mengikuti persangkaan hambaNya. Buatlah selalu fikiran yang positif mengapa kita belum diberi seorang anak.

Bisa saja hidup kita memang untuk membahagiakan orang lain, meski terkadang kita harus mengorbankan kebahagiaan yang kita miliki, lebih dibutuhkan masyarakat, misalnya. Sehingga jasmani kitapun tetap sehat, bukankah kesehatan ruhiyah sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani?

Keenam, mengambil anak di panti asuhan atau anak saudara. Ini bisa menjadi alternatif jika belum ada tanda-tanda kehamilan. Tapi jangan lupa komunikasikan kembali dengan pasangan hidup kita dan juga keluarga besar tentunya. Walaupun dalam Islam tidak ada hukum Adopsi. Bisa saja hal ini dilakukan dalam rangka merangsang hormonal kita, sehingga kita benar-benar merasakan seperti memiliki anak sendiri.

Ketujuh, mengikuti program bayi tabung. Ketika inseminasi buatan tidak berhasil dilakukan sebanyak maksimal 3 kali, biasanya dokter menganjurkan untuk mengikuti program bayi tabung. Dengan biaya yang cukup besar, itupun tingkat keberhasilannya adalah 1:4. Namun hal itu adalah ikhtiar yang bisa dilakukan, namun sebaiknya cek juga usia di bawah 40 tahun (maksimal 38 tahun).

Semoga tulisan ini dapat membantu bagi keluarga ikhwan dan akhwat yang mendapatkan ujian yang sama. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT, dan yakinlah bahwa Allah SWT tidak akan membebani di luar batas kemampuan hambaNya. Isilah hari-hari yang indah ini dengan amal saleh yang berkesinambungan, meskipun sedikit namun rutin dilakukan. (pkspesanggrahan)


Ya Allah ya Robbi
Kuatkanlah bahtera rumah tangga kami
Meskipun ujian melanda
Janganlah membuat kami jauh dariMu
Apalagi putus asa dari RahmatMu
Engkaulah yang menyatukan Cinta dan Hati kami dalam DakwahMu
Hingga hidup mulia atau kesyahidan menemui kita


:: Redaksi PKS Pesanggrahan menerima tulisan/artikel/cerpen, dengan mencanyumkan nama dan foto (pribadi, keluarga, ilustrasi)

Share this Article on :

1 comments:

Unknown mengatakan...

Astagfirllah....setelah membaca ini saya jadi ingat harus lebih sering mohon ampun pada Allah.Saya menikah 2009,hingga 2 tahun belum juga ada tanda kehamilan.Sebelum menikah saya ada kista tapi kecil,itupun saya tahu karena saat mens sakit jadi periksa ke obygn.Saat 2 tahun pernikahan kekhawatiran saat itu sangat besar karena takut tidak bisa hamil karena selain kista saya juga punya kelainan lain yaitu mens tidak datang setiap bulan tapi kadang 2 bulan sekali kadang bisa 6 bulan sekali.Alhamdulillah selesai idul fitri 2011,Allah mempercayakan seorang janin di rahim saya.Waktu tahu hamil sudah 5 minggu,saat itu jg saya harus pulang k kampung halaman karena sudah direncanakan lama.Sebelum besoknya terbang saya diberi penguat sama vitamin oleh dok.Saat itu saya tanya beresiko tidak penerbangan ini bagi janin saya?dokter bilang tidak apa apa.Akhirnya sekian bulan saya lalui dengan bahagia melihat perut yg semakin membesar,ternyata saat yg ditunggu datang sebelum waktunya,sang bayi lahir diusia kandungan 36 minggu.Saat itu tidak sedikitpun terlintas dibenak saya akan kekhawatiran apapun.Yg saya rasakan hanya kebahagiaan,tapi ternyata bayi yg saya lahirkan kecil tidak sampai 2 kg hanya 1,5kg.Dan itulah awal kesedihan mendalam yg akan saya alami.Karena kecil dan prematur,bayi saya dimasukan incubator dan hanya bertahan 1minggu,dia dipanggil oleh sang pemilik ALLAH SUBHANAHUWATA'ALLA.Penyesalan masih selalu ada di hati saya.Karena itu saya beristigfar selama ini mungkin dosa saya setinggi gunung dan seluas lautan karena pernah berpikir Allah tidak adil pada saya,padahal ada orang lain yg bahkan sama sekali belum pernah merasakan jadi seorang ibu.Ampuni dosa dosa kami YAA ALLAH.....

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.