Oleh: Pramana Asmadiredja
Ujian serta cobaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri bagi setiap manusia. Allah SWT menurunkan ujian serta cobaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, baik orang kaya maupun orang miskin.
Manusia terkadang diuji dengan kesusahan sebagi mana diuji dengan kesenangan; diuji dengan kekayaan sebagaimana juga diuji dengan kemiskinan; diuji dengan kesehatan sebagaimana halnya diuji dengan suatu penyakit.
Semua itu adalah cobaan yang harus dihadapi. Di dalam diri manusia terdapat dua naluri asasi, ingin senang dan ingin selamat. Namun di dalam mengejar kesenangan dan keselamatan kita selalu dibayangi oleh gangguan-gangguan yang menghampiri, sehingga tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai.
Dunia ini diciptakan Allah SWT dalam bentuk berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada panas ada hujan, ada kaya ada miskin, ada sukses ada gagal. Jika yang diinginkan tidak tercapai, maka kita akan merasa sedih. Oleh karena itu kita harus memiliki sifat sabar. Namun, apabila yang diinginkan dapat tercapai, maka kita akan merasa bahagia dan senang.
Terkadang, dalam mengungkapkan kebahagiaan, sering kali kita berlebih-lebihan. Apa yang sudah dicapainya merupakan jerih payah diri sendiri bukan dari Allah SWT. Sehingga kita sering menemukan bahaya dan merasa galau hati. Oleh karena itu, Allah SWT memberikan tuntunan kegembiraan itu dalam bentuk syukur.
Adakalanya cobaan yang diterima manusia sebagai ‘azab’ atas perbuatan dosanya dan adakalanya juga untuk menguji kekuatan imannya. Semakin tinggi iman seseorang maka semakin besar cobaan yang dihadapinya. Karena itu, Allah SWT selalu menguji orang yang beriman supaya mereka senantiasa berada di sisi-Nya.
Orang yang mempunyai iman yang kuat akan dapat menghadapi segala tantangan hidup di depannya. Meskipun sedih, duka, dan derita dirasakan oleh manusia, namun semuanya itu tidak akan membuat orang sabar berputus asa. Bagi dia sedih, duka, derita, resah dan sebagainya itu adalah soal biasa, karena manusia tetap akan merasakannya.
Jadi, manusia harus sabar dan tabah dalam menghadapi segala tantangan hidup, karena semua itu menandakan bahwa kita adalah manusia yang normal yang memiliki perasaan. Apabila kesabaran dalam menghadapi cobaan tidak dihubungkan dengan iman, maka akan menimbulkan rasa pesimis dan frustasi.
Begitu pula dalam mengungkapkan kesenangan dan keberhasilan dalam kehidupan ini, apabila tidak dihubungkan dengan iman, maka akan berlebih-lebihan dan lupa pada yang memberikan nikmat. Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat sabar dan syukur, karena sifat sabar dan syukur tidak dapat dipisahkan.
Ketika kita dirudung musibah, maka kita harus merasakan bahwa musibah itu datangnya dari Allah SWT. Begitu juga ketika mendapat nikmat, maka kita harus bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dan bukan kepada selain-Nya.
Dengan ujian dan cobaan akan membuat kita mampu mendalami makna hidup di dunia ini. Seperti ujian kebaikan menuntut manusia untuk bersyukur dan ujian kesulitan menuntut manusia untuk bersabar menghadapinya.
Banyak orang yang bersabar, akan tetapi setelah mendapatkan kenikmatan lupa pada yang memberikan nikmat. Supaya kenikmatan semakin bertambah maka kita harus banyak bersyukur, baik ketika ditimpa musibah maupun mendapatkan kenikmatan.
Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7, yaitu: “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.
-- Tulisan ini dimuat juga di: kompasiana.com
BERITA TERBARU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar