Terkadang, masa lalu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Pastinya, ada yang indah untuk dikenang, tetapi tak jarang datang penuh duka. Setiap diri kita, jangan terbelenggu dengan masa lalu, seindah apapun itu.
Masa lalu merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan waktu. Dari sanalah, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran kehidupan. Namun, tak semua yang indah akan tetap indah, begitu pula dengan duka, ternyata tak selamanya membuat kita terpuruk dan murung selamanya.
Sahabat, mari kita lihat masa lalu secara jujur dalam muhasabah panjang sebelum tiba ramadhan. Mencoba menghitung kemajuan demi kemajuan serta perkembangan tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan tidak sekedar bulan limpahan pahala dari Allah semata, di dalamnya ada momen muhasabah untuk mengukur nurani kita sebagai seorang hamba di sisi Allah SWT.
Selagi waktu dikandung badan, jadikan ramadhan tahun ini menjadi ramadhan yang penuh makna dan cinta. Jangan biarkan ia lewat begitu saja, seakan seperti berlalunya waktu-waktu biasa. Mari bercermin secara jernih siapa kita hari ini. Agar terbuka seluruh nadi rasa syukur dalam jiwa kita yang rapuh. Bisa saja kita sebagai manusia menjaga pesona diri agar terlihat tegar di mata manusia, namun akuilah sesungguhnya jiwa kita sering memiliki ruang ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan.
Bersimpuh dan sujud dihadapan-Nya dengan terlebih dahulu bersimpuh di kedua kaki orang tua kita. Agar ridha mereka mengantarkan ridha pemilik jiwa kita, Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bersimpuhlah jauh hari sebelum ramadhan selagi bisa, agar ramadhan tahun ini benar-benar suci dari kekhawatiran akan masa depan kita. Agar murninya ramadhan dapat menyelimuti keseluruhan ibadah kita. Agar jiwa-jiwa kita yang penuh gelisah mendapat ketenangan jiwa, laksana riak-riak telaga di tengah kesunyian lembah hutan yang dalam.
Sahabat, jadikan ramadhan tahun ini adalah ramadhan penuh makna sepanjang waktu yang kita miliki. Semoga seburuk apapun masa lalu, menjadi cambuk kemuliaan hidup kita di hari akhir nanti. Semoga seluruh bagian hidup kita, termasuk keluarga dan lingkungan sekitar memandu kita juga mencapai kemuliaan sejati, penuh makna.
Ramadhan penuh makna, harus dimulai dari persiapan yang nyata. Ramadhan penuh makna, harus mulai ditata dalam diri dan keluarga. Ramadhan penuh makna, ada di jiwa kita semua, bukan harus dicari, namun diwujudkan dan ditata mulai hari ini. Wallahua’lam. (Pramana Asmadiredja/pkspesanggrahan)
BERITA TERBARU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 comments:
Posting Komentar