Berita Terkini :

BERITA TERBARU

Inas, Harapan lahirnya Generasi Baru Dakwah

Senin, 02 Januari 2012

Oleh: Dedy Syahrul

Pagi hari langit Kota Malang masih diselimuti awan tebal. Sebuah kondisi yang kurang baik untuk pesawat mendarat. Pesawat berputar putar diatas Kota Malang. Alhamdulillah, bersyukur, setelah lama berputar-putar akhirnya pesawat dapat mendarat dengan mulus di Bandara Abdurahman Saleh, Kota Malang.

Inas dan Hakam ditemanin neneknya tiba di Kota Malang sekitar jam 09.00 wib, dan langsung menuju Kawasan Glintung, kediaman mbah utinya. Disana telah menunggu jenazah Almarhumah ibunda tercintanya, Miftahul Jannah.

Inas dan Hakam sejak dari Jakarta tidak diberi tahu, bahwa ibunya telah tiada. Setibanya di depan rumah, mereka berdua sempat gembira karena agenda liburan ke Malang terwujud. Tidak berselang lama, suasana berubah ketika jenazah almarhumah ibu tercintanya ada dihadapan mereka, Inas dan Hakam tidak bisa menahan tangis, demikian pula para pelayat yang menyaksikan, semuanya menetesakan air mata.

Semua berusaha membesarkan hati mereka berdua, harapan sosok anak soleh dan solehah yang senantiasa mendoakan orang tuanya. Inas langsung membaca ummul kitab, al fatihah dengan gayanya yang lantang, dilanjutkan surat Al Kautsar. Dalam suasana penuh emosi, Inas masih berupaya menyetor hafalan Juz 30 nya, Inas berupaya membaca surat Al Buruuj. Hanya sampai 3 ayat Inas menangis disamping saya, ayahnya yang mendampingi.

Tiga ayat pertama surat Al Buruuj, membuat Kyai Kosim, Imam Mushola Bahrul Ulum kaget, dan menanyakan kepada saya dimalam pertama acara doa dan tahlil. Kyai Kosim penasaran dan menanyakan, apakah Inas sekolah Madrasah, sehingga paham apa yang harus dibaca.

(1). Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, (2). dan hari yang dijanjikan, (3). dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Saya bilang ke Kiyai Kosim, Inas Sekolah di SDI Plus Baitul Maal, dia hanya berupaya menyetor hafalan juz 30 nya. Lalu Kyai Kosim bilang kepada saya, kalau anak dididik baik, pasti yang terucap adalah hal-hal yang baik. Sebelum pulang ke Jakarta Inas dikasih beberapa botol susu sama Kyai Kosim.

Inas terlahir dari 2 mainstream dakwah berpengaruh di Indonesia. Kakeknya (Bapak dari Ibu) adalah Kyai Kampung yang senantiasa mengimami Masjid dan Mushola di daerah Glintung, beliau adalah lulusan Pesantren Sido Giri, Pesantren Nahdatul Ulama (NU) yang cukup berpengaruh di Kota Pasuruan. Disisi lain, rumah neneknya (Ibu dari Ayah) di Rambai, Pariaman (Sumbar), adalah markas Nasyiatul Aisyiyah, sebuah organisasi keputrian Muhammadiyah.

Harapannya, Inas kecil kelak bisa menjadi seorang daiyah yang bisa diterima disemua kalangan. Insya Allah hal tersebut sedang diupayakan dan terus diperjuangkan. Semoga Inas menjadi anak yang soleh yang membanggakan orang tuanya dihadapan Allah Azza wa jalla dan sekaligus mampu berbakti demi nusa dan bangsa.

> Terima kasih atas guru-guru yang telah mendidik Inas di SDI Plus Baitul Maal, Pondok Aren, Tangerang Selatan Banten


:: Redaksi PKS Pesanggrahan menerima tulisan/artikel/cerpen, dengan mencanyumkan nama dan foto (pribadi, keluarga, ilustrasi)

Share this Article on :

2 comments:

Anonim mengatakan...

Semoga terus diberikan kekuatan akh Dedy Syahrul dan cepat mendapat pengganti yang salihah

Anonim mengatakan...

Subhanalla, semoga terkabul cita2 dan harapan kedua orangtuanya. amin

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Pesanggrahan 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.